Kritik Perpustakaan Khusus (Peninjauan di Perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan)

Waktu itu saya udah janji sama Bloggy buat sharing hasil peninjauan saya ke Perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan. Dan hasilnya cukup satu kata. MIRIS saudara-saudara!! (maaf, ternyata tiga.)
Karena udah males banget menyajikannya lagi dalam bentuk yang lebih easy reading. langsung aja deh ya saya kasih yang udah dalam bentuk makalah. Tapi dengan satu syarat.

BOLEH COPAS ASAL IZIN!!
maklum bikinnya pake begadang dua hari. Jadi gak salah kan kalo minta agak dihargai dikit gitu :p
hehe.. 



 

Kritik Manajemen Perpustakaan Khusus
Peninjauan di Perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan



Nadia Khaerani
0906533064



Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia






ABSTRAK

Perpustakaan merupakan kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai. Lebih sempit lagi pengertian perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi dengan subjek-subjek khusus (tertentu). Untuk mengelola suatu perpustakaan yang baik maka diperlukan manajemen yang baik pula. Menurut Bryson manajemen perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan adanya pemanfaatan sumber daya manusia, informasi, sistem, dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan keahlian.
Kata kunci: Manajemen Perpustakaan, Perpustakaan Khusus.




BAB I
PENDAHULUAN

a. Profil Taman Margasatwa Ragunan
            Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1996 oleh gubernur DKI Jakarta Mayor jendral Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun direktur pertama waktu itu. Pada tahun 2001 berubah lagi menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan dan pada tahun 2009 berubah menjadi UPT (Unit Pelayanan Teknis). Luas Taman Margasatwa Ragunan saat ini mencapai 147 Ha dengan koleksi satwa 2226 ekor satwa dari 246 spesies.
            Taman Margasatwa Ragunan terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 Km dari pusat kota Jogjakarta, berada pada ketinggian 50 M diatas permukaan laut dengan curah hujan 2300 mm, suhu 27o C dan kelembapan 60 %. Taman Margasatwa Ragunan berdiri di atas tanah latosol merah seluas 147 Ha.

a.1. Visi dan Misi
  • Visi
Mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar dengan kebun binatang yang ada di kota-kota besar negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera
  • Misi
1.      Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya
2.      Meningkatkan masyarakat cinta satwa dalam rangka sosialisasi konservasi ek-situ
3.      Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri.
4.      Meningkatkan hubungan antar daerah atau negara melalui program tukar menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri.
5.      Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna – flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu.
6.      Meningkatkan Taman Margasatwa Ragunan sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/ danau.
Visi dan misi tersebut perlu didukung dengan kerja profesional, perencanaan dan strategi yang matang serta SDM yang mumpuni

a.2. Tujuan dan Sasaran Taman Margasatwa Ragunan
  • Tujuan
1.      Terwujudnya TMR sebagai penyelamat satwa langka
2.      Terwujudnya TMR sebagai paru-paru kota dan wilayah resapan air di ibu kota
3.      Terwujudnya TMR sebagai laboraturium alam yang lengkap
4.      Menjadikan TMR sebagai laboraturium alam yang lengkap
5.      Menjadikan TMR sebagai tempat mengekspresikan rasa cinta satwa dan flora.
  • Sasaran
1.      Meningkatkan jumlah koleksi satwa dan flora berdasarkan kelangkaannya.
2.      Meningkatkan jenis satwa populer yang disenangi pengunjung.
3.      Berhasilnya pengembangbiakan satwa
4.      Meningkatkanya partisipasi program in-situ
5.      Tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang
6.      Tertanganinya masalah limbah
7.      Meningkatnya angka kunjungan wisata
8.      Meningkatnya kualitas SDM.

b. Profil Perpustakaan
            Perpustakaan TMR pada mulanya berada di Pusat Kesehatan Hewan Taman Margasatwa Ragunan, kemudian pada bulan Maret 2011 dipindahkan ke Pusat Informasi Taman Margasatwa Ragunan.
            Perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan dibawahi oleh Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa yang dikepalai oleh Ibu Titis dan tiga orang staf yang juga secara langsung mengurusi perpustakaan TMR.

b.1. Visi dan Misi Perpustakaan
            Perpustakaan TMR tidak memiliki visi dan misi yang pasti. Visi dan misi perpustakaan TMR mengikuti visi dan misi TMR

BAB II
Manajemen Perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan

a. Manajemen layanan
Sistem layanan yang diterapkan di perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan ragunan bersifat open access. Artinya pengunjung dapat dengan bebas melihat-melihat buku, dan memilih buku yang mereka inginkan. Hal ini juga perlu ditunjang dengan keberadaan katalog sebagai sumber referensi dalam melakukan penelusuran, namun pada kenyataannya perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan tidak memiliki katalog baik dalam bentuk manual maupun digital. Yang ada hanya daftar koleksi yang telah direvisi beberapa kali.
Sirkulasi di perpustakaan TMR hanya dilakukan di satu meja. Menjadi satu dengan meja buku pengunjung dan penerimaan tamu. Terlebih meja sirkulasi di perpustakaan TMR sangat berantakan, hal tersebut akan menyulitkan staf perpustakaan karena memungkinkan data-data dan dokumen yang menyimpan informasi penting akan tercampur bahkan terpencar dan hilang.

Meja yang digunakan sebagai meja sirkulasi di perpustakaan TMR
            
Layanan peminjaman diberikan kepada masyarakat umum yang memerlukan koleksi bahan pustaka Taman Margasatwa Ragunan. Pemustaka yang ingin meminjam koleksi dapat meninggalkan kartu tanda pengenal yang mereka miliki dan koleksi boleh di bawa pulang dengan lama peminjaman tiga hari dan tidak diberikan denda yang pasti.
            Mahasiswa yang sedang melakukan penelitian juga diberikan layanan khusus seperti layanan keamanan. Mahasiswa akan diantar ketempat tujuan dan dijamin keamanannya apabila selesai terlalu malam. Selain itu mahasiswa yang sedang melakukan penelitian juga akan dibimbing dalam pencarian koleksi dan konsultasi penelusuran informasi yang dibutuhkan.
            Untuk menunjang kebutuhan mahasiswa tersebut perpustakaan TMR juga menyediakan koleksi-koleksi referensi seperti ensiklopedia kehewanan, kamus, ensiklopedia britanica, almanak, dan handbook. Namun pelayanan referensi yang diberikan oleh perpustakaan TMR belum cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Hal ini dikarenakan staf perpustakaan yang kurang mengetahui secara luas isi dari koleksi mereka. Padahal dalam pustakawan referensi merupakan penghubung antara koleksi dengan pembaca. Oleh karena itu pustakawan referensi harus selalu siap setiap saat dalam menjawab pertanyaan dan memberi petunjuk kepada pengguna. Bagaimana mencari jawaban atau keterangan secara tepat dan tepat serta bantuan-bantuan lainnya termasuk memberikan bimbingan belajar.
Perpustakaan ragunan juga memberikan layanan bimbingan untuk rombongan. Staf akan membimbing rombongan mengelilingi TMR dan memberikan Tour guide. Ibu Titis sering menganjurkan kepada para tour guide untuk memanfaatkan koleksi guna menambah wawasan mereka dengan membaca. Namun para tour guide menolak dengan alasan malas. Disini terlihat jelas bahwa fungsi perpustakaan yang seharusnya sebagai sumber informasi belum dimanfaatkan bahkan oleh pegawai lembaga itu sendiri.
            Sampai saat ini, perpustakaan TMR terbagi menjadi tiga setelah Pusat Primata Schmutzer dilepas oleh yayasan dan bergabung dengan TMR. Perpustakaan di pusat kesehatan hewan yang dipindahkan ke pusat informasi dan juga koleksi peninggalan yayasan di perpustakaan PPS. Namun, pemindahan koleksi tersebut belum selesai sepenuhnya. Hal ini akan mempersulit pengguna yang memerlukan koleksi namun tidak adanya layanan interlibrary loan antar perpustakaan lama di pusat kesehatan hewan dengan perpustakaan baru di pusat informasi.

b. Manajemen SDM
            Dalam memberikan pelayanan yang baik harus didukung oleh SDM yang baik pula. Namun dalam prakteknya perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan tidak memiliki information professional hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang kurang memadai dan belum adanya sarjana perpustakaan yang mengajukan lamaran ke perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan sebagai pustakawan. Staf perpustakaan TMR pernah diberikan pelatihan dalam bidang kepustakawanan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tetapi pelatihan tersebut hanya berlangsung sekali dan ilmu yang diberikan belum sepenuhnya dapat mereka terima. Sehingga yang mereka lakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di perpustakaan hanya berdasarkan nalar perasaan atau intuisi. Sampai saat ini mereka berharap diadakannya lagi pelatihan kepustakawanan untuk mempermudah pekerjaan mereka kelak. Mereka juga berharap mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi dapat menjadi tutor dan membagi ilmu kepada mereka.
            Ibu Titis selaku orang yang paling berwenang dalam mengurusi  perpustakaan juga tidak memiliki metode yang pasti dalam melakukan pendekatan kepada stafnya. Pendekatan dilakukan secara kekeluargaan. Hal ini dikarenakan jumlah staf yang tidak terlalu banyak.  
Dalam mengorganisir suatu organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta tujuan organisasi yang dapat dipahami oleh anggota agar seluruh anggota dapat bersama-sama melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Namun pada kenyataanya perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan ragunan tidak memiliki visi misi dan tujuan yang pasti. Mereka hanya sebagai pelengkap saran edukasi dari tujuan Taman Margasatwa Ragunan yaitu rekreasi edukasi.
Promosi pada dasarnya merupakan langkah praktis yang dapat dilakukan perpustakaan untuk meningkatkan pemanfaatan perpustakaan. Dengan melakukan promosi yang baik akan sangat memungkinkan pengunjung perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan akan bertambah. Selain itu perpustakaan akan memperkuat fungsi taman margasatwa itu sendiri sebagai wisata edukasi. Ibu Berliana pun mengakui bahwa keberadaan perpustakaan di Taman Margasatwa Ragunan tidak begitu dihiraukan oleh pengunjung TMR yang datang. Bapak Anwar dari perpustakan pusat primata schmutzer berpendapat bahwa kurangnya pengunjung perpustakaan disebabkan karena kurangnya minat baca masyarakat Indonesia. Namun pada hakikatnya perpustakaan hadir justru untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Dengan dilakukannya promosi yang menarik  akan mendorong masyarakat agar menggunakan koleksi perpustakaan semaksimal mungkin dan dapat menambah pula minat baca.
Tidak dipungkiri bahwa kekurangan organisasi dalam melakukan promosi membuat masyarakat tidak mengetahui keberadaan perpustakaan ini. Bahkan di website resmi Taman Margasatwa Ragunan http://www.jakartazoo.org tidak dicantumkan perpustakaan sebagai salah satu fasilitas yang diberikan. Website tersebut juga sudah tidak pernah update lagi dikarenakan website tersebut merupakan hasil hibah dari Freeport peduli dan pihak TMR belum diajarkan menggunakan website tersebut sehingga pemanfaatan website tersebut sebagai media promosi juga tidak dapat digunakan secara maksimal.
                Pada brosur TMR juga tidak dicantumkan bahwa perpustakaan merupakan salah satu fasilitas atau sarana edukasi yang disediakan.
                Kurangnya promosi yang Taman Margasatwa Ragunan sebagai kebun binatang yang dikelola oleh negara bisa dibilang terlalu bergantung kepada pemerintah sebagai penyokong dana. Jika kepala perpustakaan memiliki  strategi, ide kreatifitas, serta memiliki manajemen yang baik, dan dapat menggerakan stafnya untuk mencapai tujuan perpustakaan, mereka dapat mengambil langkah lain yang dapat memajukan perpustakaan selain menunggu sokongan dana dari pemerintah.

c. Manajemen Koleksi
            Koleksi perpustakaan TMR terpencar di beberapa tempat. Hal ini dikarenakan pemindahan lokasi perpustakaan TMR dari pusat kesehatan hewan ke pusat informasi yang belum semuanya dipindahkan. Seluruh koleksi berjumlah ± 1000 eksemplar termasuk koleksi rujukan. Hal ini sudah tentu mempersulit pengguna yang datang apabila koleksi yang dibutuhkan ada ditempat lain, apalagi lokasi perpustakaan yang lama dengan perpustakaan di pusat informasi cukup jauh.
            Koleksi perpustakaan TMR didapat dari beberapa cara. Seperti sumbangan yang diberikan oleh “Sahabat Satwa” – organisasi pecinta binatang yang ada di Taman Margasatwa Ragunan – yang sudah tidak aktif lagi dalam kegiatannya. Sahabat satwa menyumbangkan sejumlah koleksi seperti beberapa edisi National Geographic yang sudah tidak mutakhir lagi, dan ensiklopedia hewan seperti ensiklopedia mamalia, burung, dan ikan. Koleksi lainnya juga didapat melalui sumbangan dari instansi-instansi lain. Sedangkan masalah pengadaan koleksi melalui pembelian merupakan hal yang sangat berat bagi perpustakaan TMR, dikarenakan terbentur dengan masalah klasik yaitu  masalah biaya. Ibu Titis selaku pernah beberapa kali mengajukan proposal pengadaan koleksi kepada pemerintah, namun tidak mendapat tanggapan yang pasti dari pemerintah. Kurangnya perhatian dari pemerintah akan hal tersebut juga merupakan salah satu penyebab tidak berkembangnya koleksi perpustakaan TMR.

nomor klasifikasi yang diberikan kurang tepat


ensiklopedia sebagai bahan rujukan/ referensi seharusnya diberikan huruf R di atas nomor klasifikasi


koleksi peraga perpustakaan TMR

rak buku perpustakaan TMR
            Baru-baru ini Ibu Titis melakukan weeding dengan dibantu siswa SMK magang. Buku yang disisihkan merupakan buku-buku yang sudah berdebu, berjamur, lama, dan jarang digunakan untuk dipindahkan. Beliau memerintahkan untuk menurunkan buku-buku tersebut dari rak dan menumpuk meletakkan buku-buku tersebut dengan posisi horizontal. Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan pustaka yang baru. Dengan melakukan proses penyiangan bahan pustaka ini perpustakaan bertujuan untuk memelihara ke-up-date-an, keaktifan dan manfaat koleksi tersebut yang merupakan refleksi dari sasaran dan tujuan perpustakaan. Bahan pustaka yang disiangi dapat disolusikan dengan menjualnya, melakukan pertukaran antar perpustakaan, atau memberikannya sebagai hadiah kepada yang membutuhkan.
            Selain itu perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan memiliki koleksi hewan-hewan mati yang telah diawetkan sebagai bahan peraga yang dilengkapi dengan huruf braille untuk memudahkan tuna rungu untuk memperoleh informasi.
`           Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa perpustakaan TMR tidak memiliki katalog sebagai sarana pengawasan koleksi baik dalam bentuk kartu maupun digital. Tujuan katalog sendiri ialah membantu para pengguna perpustakaan dalam melakukan temu kembali informasi. Rumusan yang dibuat Cutter memberikan pemahaman bahwa katalog merupakan sarana yang sangat penting bagi suatu perpustakaan dalam memberikan pelayanan pengguna perpustakaan. Jadi dengan tidak adanya perpustakaan sudah dipastikan fungsi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi menjadi pincang karena tidak adanya sarana untuk melakukan temu kembali informasi.
            Perpustakaan TMR tidak memiliki sistem pengelompokan. Hanya sebagian kecil koleksi saja yang diberikan nomor panggil buku dan klasifikasinya, pemberian nomor panggil buku atau call number tersebut merupakan peninggalan dari kepala sebelumnya. Ibu Titis menyesalkan, kepala perpustakaan yang sebelumnya belum sempat memberikan ilmunya kepada bawahan dan staf sehingga pemberian call number dan klasifikasi tersebut bisa diteruskan. Setelah ditinjau, call number yang diberikan pada koleksi perpustakaan TMR pun tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Sebagai contoh. Ensiklopedia yang merupakan sumber rujukan harus diberikan tanda/ huruf R pada call number namun kenyataan dilapangan tidak demikian. Malah beberapa nomor klasifikasi yang tertera pada call number tidak sesuai dengan disiplin ilmunya.

d. Manajemen Gedung dan Fasilitas
            Perpustakaan TMR menempati sebuah ruangan di Pusat Informsi Taman Margasatwa Ragunan. Ruangan perpustakaan TMR memiliki ukuran ± 8 m2. belum termasuk dengan ruang peraga satwa. Ruangan perpustakaan TMR terlihat sangat kaku, tidak memperlihatkan sebuah perpustakaan. Diruangan tersebut hanya ada beberapa rak buku yang tidak semuanya terisi penuh, plakat kenang-kenangan, dan lemari yang berisikan skripsi mahasiswa dari berbagai universitas. Penataan ruangan tersebut juga tidak trlalu baik. Ruangan tidak memiliki nilai filosofis dan tampilan menarik yang membuat pengunjung tertarik untuk datang. Ditambah lagi lokasinya yang berada di sudut kecil bagian belakang Pusat Informasi, lokasi yang kurang strategis dan tidak dilalui banyak pengunjung TMR menambah sepi pengunjung perpustakaan. Padahal lokasi strategis juga merupakan salah satu aspek penting dalam menarik minat pengguna perpustakaan.
            Disini menjadi semakin jelas terlihat, perpustakaan TMR tidak dibuat dengan sungguh-sungguh. Karena estetika/keindahan dan fungsi desain interior gedung perpustakaan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Seperti perpustakaan Liorentine di Florence, Italia, yang dari sisi luar sangat megah dan indah, dan dari dalampun terasa nyaman karena aspek fungsi gedung sangat diperhatikan.
Perpustakaan TMR tidak memberikan fasilitas lain di dalam perpustakaan selain fasilitas peminjaman koleksi. Koleksipun tidak dapat dibaca ditempat karena perpustakaan tidak memiliki ruang baca secara resmi, apalagi ruang diskusi untuk bertukar pikiran. Hanya ada satu meja panjang dengan beberapa kursi yang biasa digunakan Ibu Titis untuk menerima tamu.
Berbagai usaha perlu dilakukan untuk menarik minat pengguna. Salah satunya dari aspek fasilitas yang mampu membuat pengguna betah dan merasa nyaman bila berada di dalam perpustakaan. Seperti penempatan perabot yang lebih fleksibel, pencahayaan yang lebih menarik serta tambahan ornamen lain yang membuat interior ruang perpustakaan lebih menarik. Keadaan ini secara psikologis akan membuat pemakai merasa nyaman berada dalam perpustakaan dalam waktu yang lama. Ada sebagian orang berpendapat bahwa ruang perpustakaan bukan ruang yang mati yang hanya ada kesunyian. Namun harus ada ruang yang diperuntukan bagi pemakainya agar bisa diskusi atau sekedar ”sharing ideas” dengan pengunjung lainnya.



BAB III
                                 Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan
            Perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan sebagai  fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sebagai salah satu sarana edukasi sambil berwisata belum mendapatkan perhatian cukup dari pemerintah itu sendiri, juga dari kalangan masyarakat yang tidak menggunakan fasilitas yang ada secara maksimal. Pandangan masyarakat terhadap perpustakaan ini masih sebelah mata, terlihat dari ketidakpedulian masyarakat tentang adanya perpustakaan ini.
            Pengurus perpustakaan juga terlihat belum mumpuni untuk mengelola perpustakaan. Sangat terlihat dari ketidaktahuan mereka dalam bidang perpustakaan baik dari pengelolaan dan esensi perpustakaan tersebut. Dalam hal ini, mereka juga kurang berperan aktif dalam memajukan perpustakaan dan menumbuhkan minat baca pengunjung TMR dengan menarik minat pengunjung ke perpustakaan. Pengurus perpustakaan kurang memiliki inovatif dalam memecahkan masalah.
            Dapat dikatakan pemerintah memang masih kurang perhatian terhadap masalah ini. Terlihat dari pengajuan-pengajuan dana dan fasilitas penunjang lainnya seperti pelatihan kepustakawanan yang sudah beberapa kali diajukan oleh pihak perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan tidak mendapat tanggapan serius dari pemerintah.
            Tanpa adanya kerjasama dan perhatian yang baik dari pemerintah kepada pihak perpustakaan Taman Margasatwa Ragunan sebagai lembaga yang dibawahi oleh pemerintah, perpustakaan Taman Margasatwa tidak akan berkembang. Karena Taman Margasatwa Ragunan tidak dapat melakukan dan mengambil keputusan apa-apa selain adanya perintah dari pemerintah.
           
b. Saran
Diberikan pelatihan khusus bagi para staf tentang pengelolaan dan manajemen yang berhubungan dengan perpustakaan sehingga para staf bisa berperan aktif dan mengetahui apa saja yang harus mereka lakukan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pelatihan-pelatihan yang diberikan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan kinerja staf dan karyawan dalam sebuah organisasi yang dapat menambah dan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, organisasi akan memperoleh keuntungan karena kecakapan pekerja dalam menyelesaikan masalah akan teratasi dengan baik. Pelatihan juga secara tidak langsung meningkatkan kembali kemampuan sumber daya manusia agar tidak menjadi usang.
Pelatihan-pelatihan tersebut juga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan perpustakaan yang diberikan kepada masyarakat. Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, secara tidak langsung akan meningkatkan pula kualitas pelayanan perpustakaan kepada pengguna, sehingga pengguna dapat merasa nyaman bila berada di perpustakaan dan juga akan mempengaruhi tingkat minat baca masyarakat.
Augustine Birrell seorang politikus Inggris dalam bukunya In the Name of the Bodleian: and Other Essays mengatakan
"Libraries are not made; they grow”
Hal itu menunjukan bahwa perpustakaan yang baik bukanlah perpustakaan yang diciptakan sebagai perpustakaan yang baik, tetapi perpustakaan yang melakukan perkembangan di dalam tubuh perpustakaan tersebut. Baik melakukan pengembangan secara fisik dari aspek gedung, fasilitas dan koleksi, dan juga mengembangkan kinerja serta kualitas sumber daya manusia yang bekerja di dalam perpustakaan sebagai penggerak perpustakaan ke arah yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Qalyubi, Syihabuddin dkk. Dasar-dasar ilmu perpustakaan dan informasi.
Yogyakarta; Jurusan ilmu perpustakaan dan informasi, 2003.

Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993.

"ANALISIS KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seleksi, Penyiangan Dan Evaluasi."
Web log post.Maunglib's Weblog. Web. 27 Mar. 2011. <http://maunglib.wordpress.com/>.

Birrell, Augustine. In the Name of the Bodleian: and Other Essays. 2nd ed.
London: E. Stock, 1906.







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Sang Kisana mengatakan...

cukup serius tulisannya

Posting Komentar